Senin, 26 September 2011

Wakil Speech Contest


Teng...teng...teng...teng...teng.. jam berbunyi lima kali. Kokok ayam terdengar sayup-sayup mengiringi matahari yang mulai terbit. “Aduh...sudah jam lima ya?” Ujar Thea dalam hati.  Thea segera beranjak dari tempat tidur dan merapikan tempat tidurnya. Dia berjalan menuju jendela dan membukanya. Semilir angin pagi yang segar masuk ke dalam kamar Thea.
Kemudian Thea berjalan ke meja belajarnya, mematikan lampu tidur, dan menyalakan lampu neon di langit-langit. Tiba-tiba terdengar pintu diketuk, “Adik...bangun...sudah pagi” terdengar suara ibu dari balik pintu. “Iya bu, aku sudah bangun”, kata Thea. Segera Thea membuka pintu dan melangkah menuju ke ruang makan. “Good morning, Dear.” Sapa ibu. “Ah ibu, bisa aja.” Kata Thea. “Eh, jelek-jelek begini ibu juga bisa bahasa Inggris lho.” Kata ibu. “ Iya,” jawab Thea dengan tersenyum. “Apakah kamu tahu artinya “Good morning”?” Tanya Ibu. “Tahu dong ... Good morning itu artinya …” Kata Thea. Tiba-tiba dari belakang Thea, Kak Santi, menyahut. “Artinya Selamat Pagi.” Sahut kakak. “Yaah, Kakak, dijawab duluan. Aku kan baru mau jawab?” Kata Thea. “Kelamaan sih” Jawab Kakak. “Eh ada apa ini pagi-pagi sudah ribut?” Tanya Bapak.  “Ini lho, Thea ibu beri pertanyaan tentang bahasa Inggris, baru mau dijawab, direbut oleh Santi.” Jawab Ibu. “Sekarang semua mandi dulu sana, setelah itu, kita sarapan sama-sama.” Imbuh Ibu.
Jam menunjukkan pukul 06.15, setelah mandi dan sarapan Santi dan Thea bersiap untuk pergi ke sekolah. Thea membonceng Santi. Kebetulan sekolah mereka berdekatan.
Sampai di sekolah, Thea bergegas menuju ke kelasnya. Di depan kelas Rita dan Alya sudah menunggunya. Rita dan Alya adalah sahabat karib Thea. Mereka berteman sejak masih TK. “Bagaimana bahasa Inggrismu Thea, apa sudah banyak kemajuan?” Tanya Alya begitu Thea meletakkan tasnya. “Off course, siapa dulu dong….Thea.” Jawab Thea sumringah. Tiba-tiba terdengar suara anak perempuan dari arah pintu kelas, “Hei… anak yang sok British, belagu amat sih, ngomong aja pakai bahasa Inggris, norak tahu!” Kata Siska. “Dasar sirik!” Balas Rita, tidak terima temannya dibilang belagu. “Memangnya kenapa kalau Thea bicara pakai bahasa Inggris, dia kan jago bahasa Inggris, tidak seperti kamu!” Imbuh Alya. “Sudah-sudah, tidak usah ditanggapi” Thea berusaha melerai mereka bertiga. “Maaf ya Siska, kalau kata-kataku tadi sudah membuatmu tidak senang.” Kata Thea, “Tidak perlu minta maaf” Tukas Siska “Dengar ya anak yang sok British, jangan pernah berharap Miss Hepi akan memilihmu mewakili sekolah dalam lomba Speech Contest bulan depan. Karena satu-satunya murid yang pantas mewakili itu aku, Siska Handjoyo Puspita Ratri, cucu tersayang dari Handjoyo Kusumo Atmojo, pemilik sekolah ini” Imbuh Siska sambil berlalu meninggalkan mereka bertiga. “ Huh…. Mentang-mentang cucu pemilik sekolah, memangnya dia bisa berlaku seenaknya” Alya berkata dengan nada kesal, “Kamu juga, diperlakukan seperti itu kok diam saja,” tambah Alya sambil menunjuk Thea. “ Lho kok aku sih?” Thea jadi bingung karena Alya merasa kesal kepadanya. “Sudah-sudah, ayo cepat baris, bel masuk sudah berbunyi.” Rita berkata sambil berlari menarik kedua karibnya.
Hari itu pelajaran jam pertama adalah bahasa Inggris. Thea senang sekali, karena selain Miss Hepi adalah guru yang sangat baik dan sabar, Thea juga sangat suka pelajaran bahasa Inggris. “Good morning, student!” Sapa Miss Hepi. “Good morning, Miss Hepi.” Jawab anak-anak serempak. “How are you this morning?” Miss Hepi menambahkan. “I’m fine, thank you and you?” Jawab anak-anak. “I’m fine, too. Thank you” jawab Miss Hepi. Pada akhir pelajaran Miss Hepi mengumumkan tentang lomba pidato bahasa Inggris yang akan dilaksanakan bulan depan. “Miss Hepi akan menunjuk dua anak sebagai kandidat untuk mewakili sekolah kita. Miss Hepi akan melatih kedua calon ini dan menjelang lomba Miss Hepi dan Bapak Handjoyo akan menyeleksi salah satu yang layak menjadi wakil dari sekolah kita dalam perlombaan tersebut.” Miss Hepi menambahkan. “Dan dua calon wakil kita adalah Siska dan Thea” semua murid bersorak dan bertepuk tangan. Ada yang mendukung Siska dan ada yang mendukung Thea. Semua anak terlihat senang kecuali Siska. Dia sangat kesal dan marah karena ternyata dia harus bersaing dengan Thea, yang sangat dia benci. “Miss Hepi berharap kalian berdua berlatih keras selama satu bulan ini, jangan sungkan untuk bertanya ya Siska, Thea” Miss Hepi menambahkan.” Iya Miss Hepi, terima kasih!” sahut keduanya.
Sesampainya di rumah, Thea langsung menceritakan berita hari ini kepada ibunya. “Wah hebat anak ibu” kata ibu. “Iya, tapi Thea harus bisa lebih baik dari Siska, karena sebelum waktu lomba tiba, Miss Hepi dan Bapak Handjoyo akan memilih salah satu diantara kami berdua.” Thea menjelaskan kepada ibu dengan nada sedih. “Lho memangnya kenapa?” Ibu bertanya dengan heran.” Siska itu kan cucunya Pak Handjoyo, bu. Pasti dialah yang akan terpilih nanti.” Jawab Thea. “Ibu yakin kalau Thea mau berlatih keras pasti Thea yang akan terpilih nanti.” Ibu memberi semangat. Mendengar perkataan ibu Thea menjadi bersemangat. “Betul kata ibu.” Imbuh Ayah. Thea pun berjanji dia akan berlatih dengan giat, dia ingin membuat ayah, ibu dan Kak Santi bangga.
Seperti yang telah dijadwalkan Miss Hepi, sepulang sekolah Thea dan Siska harus berlatih bersama Miss Hepi di aula sekolah. Thea adalah anak yang disiplin, dia selalu mengikuti sesi latihan pidato bahasa Inggris dengan Miss Hepi. Thea juga selalu bertanya kepada Miss Hepi jika ia menemukan kata-kata yang sulit diucapkan. Sementara itu Siska selalu bolos jika ada jadwal latihan. Siska selalu beralasan bahwa sepulang sekolah dia harus les balet, les renang, les piano, les ini, les itu. Padahal dia hanya malas saja, karena dia yakin bahwa kakeknya akan menunjukkan menjadi wakil sekolah, jadi untuk apa dia capek-capek latihan.
Tidak terasa waktu sebulan hampir habis. Besok adalah hari penentuan siapa yang akan menjadi wakil sekolah. Thea tidak bisa tidur malam ini. Ia ingin esok cepat tiba. Pagi-pagi benar Thea sudah bangun dan segera bersiap-siap untuk ke sekolah. “Good luck my dear, ibu yakin kamu pasti bisa.” Ibu memberi semangat sebelum Thea berangkat sekolah. “Thank you, mom” sahut Thea. “Aku yakin Thea yang akan terpilih,” Kata Kak Santi. “Thank you, Sister.” Jawab Thea.
Sepulang sekolah Thea dan Siska bergegas menuju aula. Di sana sudah menunggu Miss Hepi dan Pak Handjoyo. Miss Hepi meminta Thea untuk tampil terlebih dahulu. “Good afternoon ladies and gentlemen. Thank you for the time …” Thea mengucapkan teks pidatonya dengan lancar dan penuh percaya diri, tanpa ada perasaan grogi sedikitpun. Miss Hepi sangat senang karena semua kalimat diucapkan dengan pengucapan bahasa Inggris yang benar. Sekarang giliran Siska untuk tampil. Pada awalnya Siska dapat tampil dengan baik, namun di tengah-tengah banyak kalimat yang dia lupa, bahkan banyak kata-kata yang pengucapannya kurang tepat. Dari penampilan mereka berdua akhirnya diputuskan bahwa Thea yang akan maju mewakili sekolah.
Siska sangat kecewa, dia menangis sekeras-kerasnya. Siska marah kepada kakeknya kenapa kakeknya tidak memilihnya menjadi wakil sekolah. “Siska, kamu sangat sombong. Kakek sudah tahu semuanya dari Miss Hepi. Kamu selalu bolos saat jam latihan dengan berbagai alasan. Sementara Thea adalah anak yang disiplin. Dia selalu berlatih keras, dan kakek bisa melihat hasil dari kerja kerasnya. Seandainya kamu punya sedikit saja sifat disiplin, rajin dan juga rendah hati seperti Thea, kakek yakin kamu pasti bisa lebih baik dari ini” kata pak Handjoyo kepada Siska. Siska pun menyadari kesalahannya selama ini. Dia meminta maaf kepada kakeknya, Miss Hepi dan juga kepada Thea, anak yang selama ini tidak dianggapnya.
Hari perlombaan pun tiba. Ayah, Ibu, dan Kak Santi datang untuk memberi dukungan kepada Thea. Kedua sahabat Thea juga datang. Penampilan Thea memang luar biasa. Thea meraih juara pertama dalam lomba pidato bahasa Inggris. Semua merasa senang, terlebih Thea karena usahanya selama ini tidak sia-sia, dan dia bisa membuat keluarganya, bahkan seluruh sekolah merasa bangga.